histats

Terlanjur Selingkuh Dibuat Kejang Tiap Ketemu, 3 Bulan Cerai Wanita Ini Menyesal Tahu Rahasia Ini

"Bagaimana dengan kamu?" tanyaku getir. Meski tidak lagi mencintainya, aku masih ikut merasakan lukanya.
Dia masih tersenyum. "Jangan khawatirkan aku. Kebahagiaanku tidak pernah tergantung orang lain. Bersama siapa pun aku bisa bahagia, sendiri pun aku juga bisa. Kamu berbeda. Kamu hanya bisa berbahagia dengan seseorang yang kamu harapkan, yang kamu inginkan benar-benar. Kalau aku tetap bisa menikmati teh ketika sebenarnya aku menginginkan kopi, tapi kamu tidak bisa. Kalau kamu ingin kopi harus mendapatkan kopi. Hari ini mendapat teh pun kamu akan mengejar kopi dan meninggalkan teh begitu melihat kopi."
Terlanjur Selingkuh Dibuat Kejang Tiap Ketemu, 3 Bulan Cerai Wanita Ini Menyesal Tahu Rahasia Ini
Itu pahit. Aku merasa tersindir. Sial!
"Dan ingat," lanjutnya lagi. "Aku melepaskan bukan karena aku tidak mencintaimu atau tidak berniat memperjuangkan. Aku melepaskan karena aku tidak mau hidup dengan seseorang yang hati dan pikirannya bahkan tidak pernah bersamaku."
Aku tahu, batinku.


suami selingkuh
suami selingkuh (Kolase Sriwijaya Post/Net)

Tetapi ada kenyataan yang tiba-tiba saja aku tahu. Dia tidak berubah. Bahkan ketika kecewa dan marah pun, dia selalu bisa mengucapkan apa pun dengan tenang. Tidak membentak atau berlaku kasar. Dia tetap sama. Pria paling tenang dan datar yang pernah kutemukan. Meski hatinya mungkin hancur lebur pada saat ini. Pada saat harus melepaskan perempuan yang dia pernah mengatakan kalau dia beruntung memilikiku ini.
Untuk ketenangan dan senyumnya itu, mungkin aku akan merindukannya.
Tapi lupakan. Aku sudah memilih untuk meninggalkannya. Untuk bersama lelaki yang secara rahasia pernah aku cintai. Untuk bahagia yang sudah lama aku cari.
Dan kenyataannya, pilihanku benar. Aku lebih berbahagia bersama lelaki itu. Dia bisa membuatku tertawa, membelikan barang-barang yang aku suka, memelukku, memujiku, dan memberi aku bunga atau puisi cinta. Itu sangat menyenangkan.
Ya Tuhan. Aku jatuh cinta. He's adorable. And I feel loveable.
Sayangnya itu tidak bertahan lama. Sangat tidak bertahan lama.
Beberapa waktu kemudian, yang aku ketahui adalah bahwa lelaki itu, cinta rahasiaku yang dulu itu, ternyata tidak pernah mencintaiku, sepertinya. Dia hanya menganggapku perempuan seksi untuk selalu melayani nafsunya. Dia memuja tubuhku, bukan aku. Memuja kecantikanku, bukan aku. Memeluk tubuhku, bukan hatiku.
Awalnya, aku mengira, mungkin lelaki itu membutuhkan waktu lebih lama untuk menerimaku, jadi aku tetap memperjuangkannya. Lagipula aku sudah mengorbankan segalanya untuk dia. Dia pasti mau melakukan yang sama.
Tetapi, sebenarnya, seperti ini pun aku sudah senang. Cukup dia bisa sesering mungkin bersamaku. Itu saja. Tidak apa-apa kalau belum ada ikatan. Dia datang dan pergi ke tempatku dengan sesuka hati, dan aku selalu senang menyambutnya. Aku mungkin sudah gila. Aku sudah tahu aku hanya jadi pelampiasan nafsunya, tapi tetap mau melakukannya. Temanku bilang aku bodoh, aku bilang aku jatuh cinta.
Dan sampai waktu berlalu pun kisahku dengan lelaki itu tidak berubah. Masih sama. Tidak ada tanda-tanda bahwa dia akan mengikatku.
Sampai suatu ketika, beberapa bulan kemudian, mantan suamiku meneleponku dan bertanya, 'Dia sudah meninggalkanmu?' Masih dengan suara serak dan ketenangannya. Aku bahkan seperti melihat senyumnya sekarang. Senyum yang selalu menenangkan. Entah kenapa sekarang ini aku benar-benar merindukan senyum itu dan perhatiannya.
Damn! Tiba-tiba aku rindu sekali pada mantan suamiku itu. Dan suaranya sekarang ini membuat airmataku turun tanpa bisa kukendalikan lagi.
Aku menjawab teleponnya dengan pura-pura tertawa, "Tentu saja tidak. Kami saling mencintai. Tidak terpisahkan." Aku tertawa lagi. Keras. Seperti air mataku yang juga mengalir lagi. Deras.
"Oh," jawab suara di seberang sana pelan.
Kami saling menutup telepon, lalu aku meremas undangan terkutuk berisi nama cinta rahasiaku dulu bersama nama seorang perempuan. Lelaki brengsek itu akan menikah bulan depan dengan gadis lain. Dia merahasiakannya kepadaku selama ini. Kalau tidak karena temanku yang memberitahukan undangan ini, aku juga tidak akan tahu. Dan dia pasti akan datang kepadaku, dengan tawanya seperti biasa, seolah-olah tidak melakukan dosa. Seperti malam tadi.
Aku yakin, mantan suamiku tahu kalau lelaki itu akan menikah dengan perempuan lain. Makanya dia meneleponku. Untuk meyakinkan apa aku baik-baik saja. Aku yakin. (**)

Loading...
close
==[ Klik disini 1X ] [ Close ]==