Saat itu baru diketahui bahwa ternyata saya yang tidak bisa memberikan anak untuk istri saya.
Saya merasa begitu bersalah pada istri saya, tidak bisa memberikannya buah dari hasil cinta kami.
Ayah dan ibu juga begitu kecewa dan berkata, "Kelanjutan keturunan di keluarga kita akhirnya berhenti di sini."
Saya berusaha untuk menghibur ayah dan ibu dengan berkata,
"Tidak apa, kita kan bisa mengadopsi anak. Asalkan ia anak yang baik dan patuh, maka ia bisa menjadi penerus keturunan keluarga ini." Akhirnya ayah dan ibu pun perlahan menerima kenyataan ini.
Akhirnya saya meminta maaf pada istri saya, berharap kalau dia bisa mengerti keadaan saya, dan kami pun memutuskan untuk mengadopsi seorang anak.
Istriku begitu cepat menyetujui ide ini dan meminta agar hal ini biarlah ayah dan ibunya yang mengurusinya.
Saya pun mengangguk mengiyakan permintaannya itu.
Tak berapa lama, langsung ada kabar tentang adopsi yang hendak kami lakukan.
Ibu mertua mengatakan bahwa ada seorang anak laki-laki dari kerabat mereka yang berusia 1 tahun yang ingin diberikan bagi mereka untuk diadopsi.
Saya merasa, ini sangat baik karena kami kenal siapa orang tua mereka.
Jadi, mertua saya langsung membawa pulang anak itu ke rumah.
Orang tua saya begitu menyukai anak itu.
Mereka begitu semangat menjaga dan merawat anak itu. Dan anak kami pun hari demi hari tumbuh menjadi seorang anak yang sehat.
Setelah 2 tahun berlalu, para tetangga mulai berkomentar,
"Kenapa anak yang diadopsi ini tumbuh begitu mirip dengan istrimu?" Awalnya saya jelaskan pada mereka bahwa ini mungkin karena anak ini masih memiliki hubungan darah dengan pihak istri saya.
Namun hari demi hari berlalu, saya pun menyadari bahwa anak ini begitu mirip dengan istri saya, hingga akhirnya timbullah kecurigaan
Akhirnya saya diam-diam mengambil rambut istri dan anak saya ke rumah sakit untuk melakukan tes DNA.
Saat ahsilnya keluar, laporan yang ada di depan mata saya benar-benar membuat saya kaget tak mampu berkata-kata.
Ternyata anak ini benar adalah anak istri saya. Saya langsung lemas seketika di atas lantai, begitu berat bagi saya untuk menerima kenyataan ini.
Saya membawa laporan itu pulang ke rumah dan mencari istri saya.
Saat melihat itu, istri saya begitu gugup dan akhirnya berusaha menjawab pertanyaan saya.
Ia mengatakan bahwa anak ini adalah anak hasil hubungannya dengan pacar lamanya.
Pacar lamanya meninggalkan dirinya dan anaknya saat itu, dan menyebabkan ayah dan ibunya begitu tertekan dan akhirnya berusaha untuk menikahkan anak perempuannya sesegera mungkin.
Tapi membawa anak ini masuk ke keluarga kami, itu benar-benar sangatlah sulit untuk dimaafkan.
Ia juga menjelaskan bahwa awalnya ia sama sekali tidak berencana untuk membawa anak ini masuk ke keluarga ini.
Saya benar-benar kecewa berat, bahkan saat melihat anak ini, saya benar-benar tidak tau apa yang harus saya lakukan, tidak tau juga bagaimana cara menjelaskan kepada ayah dan ibu saya.
Teringat kembali janji nikah saya sewaktu menikahi istri saya, akhirnya dengan sangat berat, saya memutuskan untuk melupakan semua masa lalunya dan menerima anak itu apa adanya.
Saya pun menyimpan erat-erat rahasia ini agar tidak diketahui orang tua saya.
Cukup saya saja orang yang menjadi kecewa dari kejadian ini.
Perlahan, saya pun mulai memupuk kembali cinta kepada istri saya. Dan kami pun tetap hidup bahagia dalam pernikahan ini.
Loading...